LOVE OTHERS
LOVE OTHERS | 13 March 2025
Tantrum adalah luapan rasa frustasi, marah atau tertekan yang dilakukan Si Kecil lewat ekspresi emosional atau fisik seperti menangis, berteriak, melempar barang, memukul hingga menjatuhkan diri ke lantai.
Tantrum normal terjadi pada Si Kecil yang usianya masih di bawah 3 tahun. Di usia ini, ia masih dalam tahap awal perkembangan sosial, emosional dan bahasa sehingga belum dapat mengkomunikasikan perasaan atau kebutuhannya.
Misalnya ketika mainannya direbut oleh anak lain, ia menunjukkan rasa marahnya dengan menangis, berteriak atau bahkan memukul. Ini adalah caranya mengekspresikan perasaan dan mencoba mengubah apa yang terjadi agar sesuai dengan keinginannya.
Tantrum bisa menjadi tantangan tersendiri buat orang tua. Pertama, bisa menguras emosi dan membuat kesal kalau Si Kecil sulit reda tantrumnya. Saat ia melakukan tantrum di tempat umum, Mom dan Dad juga bisa merasakan malu karena seringkali dihakimi oleh lingkungan sekitar.
Selain itu, saat Si Kecil tantrum, ada sebagian orang tua yang jadi mempertanyakan kemampuan mereka. Bisa timbul juga rasa tidak mampu mengendalikan Si Kecil. Ada juga yang merasa bersalah saat berusaha menerapkan cara menghadapi tantrum yang tegas. Sebagian orang tua juga ada yang jadi khawatir apakah perkembangan Si Kecil normal. Tenang saja, Mom dan Dad tidak sendirian, kok!
Baca juga: Apa itu Gentle Parenting dan Bagaimana Mengaplikasikannya?
Untuk bisa lebih memahami Si Kecil, penting untuk mengenali apa saja hal-hal yang biasanya memicu tantrum, yaitu:
1. Kebutuhan Fisik
Beberapa kondisi yang menyangkut tidak terpenuhinya kebutuhan fisik bisa memicu Si Kecil tantrum, misalnya rasa lapar, lelah, dan mengantuk. Selain itu, stimulasi yang berlebihan seperti terlalu banyak suara atau terlalu banyak kegiatan juga bisa menjadi pemicu. Tantrum juga bisa muncul saat Si Kecil merasa tidak nyaman seperti saat sedang sakit atau tumbuh gigi.
2. Kebutuhan Emosi
Si Kecil bisa merasa frustasi saat tidak mampu melakukan sesuatu (misalnya menumpuk balok mainan tanpa terjatuh). Karena ada dorongan untuk mandiri, Ia bisa juga kesal karena tidak bisa memakai sepatu atau sendal sendiri.
Rasa takut dan cemas bisa muncul saat Si Kecil saat mendengar suara yang keras atau saat berhadapan dengan situasi baru. Ia juga bisa merasa iri saat merasa memiliki saingan seperti adik/ kakak di rumah.
3. Lingkungan
Berbagai hal yang terjadi di lingkungan sekitar bisa menjadi pemicu tantrum. Misalnya transisi rutinitas harian seperti dari bermain, makan, mandi lalu bersiap untuk tidur.
Orang-orang di sekitar Si Kecil bisa juga jadi pemicu tantrum. Misalnya ketika Mom sedang cemas, ia juga bisa mendeteksi dan ikut merasakan cemas tersebut.
Saat ia bermain dengan teman sebaya dan ada anak yang merebut mainannya, ia pun bisa marah atau sedih dan meluapkannya dalam bentuk tantrum.
Baca juga: Lakukan 6 Hal Ini Supaya Si Kecil Lebih Cepat Mandiri
4. Aturan yang Tidak Konsisten
Aturan yang tidak konsisten juga bisa jadi cara Si Kecil mengetes batasan-batasan yang bisa ia terobos. Berikut adalah salah satu studi kasus ketika Mom dan Dad menerapkan aturan yang tidak konsisten:
Misal saat Si Kecil ikut Mom berbelanja, ia meminta permen. Di satu kesempatan, Mom membelikan 1 permen, namun di kesempatan lain, Mom menolak. Si Kecil bingung karena ketidakkonsistenan ini dan saat ditolak ia mengungkapkan kebingungannya dengan menangis.
Karena ia menangis, akhirnya Mom membelikan 1 permen. Si Kecil yang melihat perubahan sikap Mom ini menjadi tergerak untuk mengetes batasannya dan akhirnya minta 2 permen. Mom menolak dan Si Kecil menangis lago. Karena malu Si Kecil jadi pusat perhatian orang-orang, akhirnya Mom membelikan 2 permen.
Dari kasus ini, Si Kecil belajar kalau dengan menangis, ia akan bisa membuat Mom berubah. Ia akan menerapkan ini di kesempatan lain. Kalau misalnya Mom konsisten menolak sejak awal membelikan permen (dengan strategi yang akan dijelaskan di bagian berikutnya) meskipun Si Kecil menangis, maka ia tidak akan menggunakan tangisannya sebagai senjata untuk mendapatkan keinginannya.
Setelah mengetahui beberapa faktor yang biasanya memicu tantrum Si Kecil, maka Mom bisa lebih siap menghadapi berbagai kemungkinan yang dapat terjadi. Tantrum bisa dicegah dalam kondisi-kondisi berikut ini:
1. Pastikan Mom memenuhi kebutuhan dasarnya
Buat jadwal yang teratur untuk kebutuhan dasarnya seperti makan, minum dan tidur.
2. Memberikan opsi untuk dipilih
Memeluknya
Membiarkannya hingga tenang
Mengalihkan perhatiannya
Memberikan mainan
RECOMMENDATION
PODCAST